REUMATOID
ARTRITIS
1.
DEFENISI
RA
adalah penyakit inflamatorik progresif, sistematik dan kronis sering terjadi
pada wanita dengan perbandingan 3 : 1 lebih banyak daripada laki-laki yang
menyerang pada usia antara 25-30/40 tahun. Infeksi mula-mula mengenai sendi-sendi
synovial disertai edema, kongesti vaskuler eksudat dan ilfiltrasi seluler.
Penyakit
ini menyerang banyak sendi terutama sendi jari tangan dan kaki yang sifatnya
simetrik. Sendi-sendi lain yang terkena antara tulang servikal dan
temporomandibular, sternoklavikular, lutut, tumit, dan kartilago krikoartinoid
pada laring.
Struktur
artikuler dan periartikuler secara progresif akan mengalami kerusakan karena
proliferasi kronis pada sinovium dan granulasi jaringan kartilago menjadi
nekrotik. Tingkat erosi pada kartilago artikuler dapat menimbulkan tingkat
kecacatan artikuler tersebut.
Kerusakan
pada kartilago dan tendon serta kelemahan tendon dan ligament dapat
mengakibatkan subluksasi atau dislokasi sendi.
2.
ETIOLOGI
Hingga
kini penyebab RA tidak diketahui tapi beberapa hipotesa menunjukkan bahwa RA
dipengaruhi oleh factor-faktor:
a. Mekanisme
IMUN ( antigen – antibody )
Seperti
interaksi antara IGC dan factor rematoid ( RF )
b. Gangguan
metabolism
c. Genetic
3.
PATOFISIOLOGI
Rheumatoid
arthritis adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenarasi
jaringan pnyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan
pertama kali adalah membrane synovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi
tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago
artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya ligament dan tendon mengalami
inflamasi. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi
komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada
inflamasi kronis, membrane synovial mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
menyumbat aliran darah dan lebih lnjut menstimulasi nekrosis sel dan respons
inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular
inflamasi yang disebut panus. Panus dapat mneyebar keseluruh sendi sehingga
menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini
secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.(
Elizabeth J . Corwin , 2009 )
4.
PENYEBAB RA
RA
adalah penyakit otoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respon imun
terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri,
mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara
antigenic. Biasanya respon antibody awal terhadap mikroorganisme diperantarai
oleh igG. Walaupun respon ini berhasil menghacurkn mikroorganisme, individu
yang mengalami RA mulai membentuk antibody lain, biasanya igM atau igG,
terhadap antibody igG awal. Antibody yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri
ini disebut factor rheumatoid ( rheumatoid factor, RF). RF menetap dikapsul
sendi sehingga menyabakan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. RA
diperkirakan terjadi karena predisposisi genetic terhadappenyakit otoimun.
Wanita lebih sering terkena dari pada pria. Ada bkti kuat menunjukkan bahwa
berbagai sitokin, terutama factor nekrosis tumor alfa ( tumor nekrosis factor
alpha, TNF- α), menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi. ( Elizabeth J . Corwin , 2009 )
5.
GAMBARAN KLINIS
a. Awitan
RA ditandai oleh gejala umum inflamasi, berupa demam, keletihan, nyeri tubuh,
dan pembengkakan sendi. Nyeri tekan sendi dan kekakuan sendi terjadi, mula-mula
karena inflamasi akut dan kemudian akibat pembentukan jaringan parut. Sendi
mekarpofalangeal dan pergelangan tangan biasanya dalah sendi yang pertama kali
terkena. Kekakuan terjadi lebih parah pada pagi hari dan mengenai sendi secara
bilateral. Episode inflamasi diselingi dengan periode remisi.
b. Penurunan
rentang gerak, deformitas sendi, dan kontraksi otot.
c. Nodulus
rheumatoid ekstrasinovial terbentuk pada sekitar 20% individu yang mengalami
RA. Pembengkakan ini terjadi atas sel darah putih dan debris sel yang terdapat
didaerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodulus biasanya terbentuk dijaringan
subkutan diatas siku dan jari tangan. ( Elizabeth J . Corwin , 2009 )
Bila ditinjau dari
stadium, maka pada RA terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium
sinovitis.
Pada stadium ini terjadi perubahan dini
pada jaringan synovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak , bengkak dan kekakuan.
b. Stadium
destruksif
Pada stadium ini selain terjadi
kerusakan pada jaringan synovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang
ditandai adanya kontraksi tendon.
Selain tanda dan gejala tersebut terjadi
pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari “ SWAN-NECK” .
c. Stadium
deformitas.
Pada stadium ini terjadi perubahan
secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.
Perubahan pada sendi diawali adanya
sinovitis, berlanjut pada pembentukan “ pannus”, anklilosis fibrosa, dan
terakhir ankilosis tulang.
6.
PERANGKAT DIAGNOSTIK
a. Peningkatan
factor rheumatoid serum pada 80% kasus.
b. Perubahan
radiograf mencakup dekalsifikasi tulang sendi.
c. Aspirasi
cairan synovial dapat memperlihatkan adanya sel darah putih dalam kultur yang
steril. ( Elizabeth J . Corwin , 2009 )
7.
KOMPLIKASI
a. Nodulus
rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katub jantung atau pada paru ,
mata atau limpa. Fungsi pernapasan jantung dapat terganggu. Glaucoma dapat
terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan ocular terbentuk
pada mata.
b. Vaskulitis
( inflamasi system vascular ) dapat menyebabkan thrombosis dan infark.
c. Penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stress
keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. ( Elizabeth J . Corwin , 2009 )
8.
PENATALAKSANAAN
a. Sendi
yang mengalami inflamasi diistirahatkan selama eksaserbasi .
b. Periode
istirahat setiap hari.
c. Kompres
panas dan dingin bergantian.
d. Aspirin,
obat anti-inflamasi nonstereoid lainnya, atau steroid sistemik. Terapi lainnya
misalnya terapi emas dapat dicoba.
e. Obat
anti – TNF digunakan untuk menghambat inflamasi yang diperantarai sitokin.
f. Pembedahan
untuk mengangkat membrane synovial atau untuk memperbaiki deformities.
g. Pengobatan
herbal dengan khasiat anti-inflamasi telah digunakan pada beberapa generasi
untuk mengurangi gejala RA. Pengobatan ini meliputi cakar kucing ( Uncaria
tomentosa ), cakar setan ( Harpagiphytum procumbens 0, dan herbal cina lei gong
teng ( Trypterigium wilfordii ). Praktisi harus menanyakan pasien apakah
mengguanakan ibat ini atau obat bebas lainnya., dan harus memberi tahu pasien
tentang kurangnya bukti ilmiah mengenai mekanisme kerja dan kefekyifan klinis herbal
ini. ( Elizabeth J . Corwin , 2009 )