Rabu, 05 Agustus 2015

BAB I SIROSIS HEPATITIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu penyimpanan energy, pengaturan metabolism kolesterol dan penetralan racun / obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga kita dapat bayangkan akibat yang bisa timbul apabila terjadi kerusakan pada hati kita.
Salah satu penyakit hati adalah Sirosis Hepatis, Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir terbentuknya fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Penyakit ini mengenai seluruh organ hati ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul yang disebabkan infeksi akut dengan virus hepatitis, sehingga terjadi peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena aorta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal dan sampai kematian.
Sirosis Hepatis (SH) merupakan dampak tersering dari perjalanan klinis yang panjang dari semua penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan parenkim hati. Deskripsi suatu “ Sirosis” hati berkonotasi baik dengan status pola-fisiologis maupun klinis, untuk menetapkan prognosis pasien dengan penyakit hati. ( Nurdjanah,2014)
Secara klinis perlu dibedakan antara sirosis kompensata dan dekompensata yang didasarkan pada tingkat hipertensi portal dan terjadinya komplikasi klinis namun tidak selalu disertai peristiwa biologis lain yang relevan termasuk perubahan regenerasi dan hilang fungsi hati tertentu secara progresif. ( Nurdjanah,2014)
Sirosis Hepatis merupakan penyebab kematian kesepuluh pada usia dewasa dengan infeksi hepatitis B dan C virus sebagai penyebab dasarnya.
Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan memiliki progresif, berkepanjangan, tentu saja merusak mengakibatkan penyakit hati stadium akhir. Penyebab paling umum untuk sirosis di Amerika Serikat adalah penyakit hati alkoholik dan hepatitis C. Di seluruh dunia, hepatitis B dan hepatitis D adalah penyebab utama. Tanpa transplatasi hati, sirosis biasanya berakibat fatal. ( Kelso.2008)
Di negara maju, sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun dan merupakan urutan ketujuh di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahu n2009 sekitar 180 juta umat manusia terinfeksi sirosis hepatis yang meliputi 4 % dari seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya bertambah 4 – 5 juta orang.
Di negara barat angka kejadian sirosis hepatis dan hasil autopsy sekitar 2,6 % (0,9 % - 5,9 %) angka ini sebanding dengan prevalensi di Indonesia berkisar antara 8 juta jiwa dengan rata – rata 1,7 % atau diperkirakan lebih dari 8 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis hepatis. Laporan – laporan dari beberapa pusat pendidikan seperti di RS DR. Sarjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar antara 819 (4%) dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2013) dan di Medan dalam kurun waktu 4 tahun  di jumpai pasien dengan sirosis hepatis sebanyak 826 (5%) pasien seluruh dari pasien di Bagian Penyakit Dalam.
Di bangsal Interne RSUP.DR.M.Djamil Padang, tercatat jumlah pasien dengan sirosis hepatis ditemukan data sebesar 240 pasien yang dirawat selama 2012 dan 321 pasien yang dirawat selama tahun 2013 (tidak dipublikasikan). Pada tahun  2013 tercatat jumlah pasien sirosis hepatis sebanyak 280 orang dan pasien yang meninggal pada tahun 2013 sebanyak 74 orang.
Dari angka kejadian diatas menunjukkan bahwa penyakit sirosis hepatis merupakan masalah penting meskipun upaya – upaya pemberantasan telah dilaksanakan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa factor penyebab, yaitu kurangnya pengetahuan pasien / keluarga terhadap tanda dan gejala sirosis hepatis, pola hidup yang kurang sehat serta social budaya penduduk yang amsih kental terhadap pengobatan penyakit yang akan memperburuk komplikasi penyakit. Komplikasi yang akan terjadi di antaranya: Sirosis Hepatis dapat menyebabkan kegagalan yang terjadi pada hati sehingga fungsi hati terganggu, penurunan berat badan yang drastic, batuk berdarah, BAB berdarah (melena), bisa juga terjadi pembesaran pada abdomen (asites), kerusakan pada ginjal, serta hipertensi portal, apabila tidak dapat teratasi akan menyebabkan kematian, karena itu perlu dilaksanakan suatu tindakan dengan cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien / keluarga yang mempunyai masalah penyakit Sirosis Hepatis. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan pasien oleh karena itu peran dab fungsi keluarga sangatlah penting dalam membentuk kehidupan yang sehat sebagai sentral pelayanan keperawatan (Ali : 2004).
Melalui asuhan keperawatan pada penyakit sirosis hepatis perawat memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai pemberi asuhan diantaranya, perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien ecara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dah social. Peawat berperan dalam mengatasi penyakit sirosis hepatis ini sebagai pemberi informasi kepada pasien / keluarga tentang bagaimana cara perawatan pasien, tanda dan gejala serta komplikasi yang akan terjadi.
Perawat berperan dalam memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang bagaimana cara merawat pasien, memberikan dukungan psikologis kepada pasien penderita sirosis hepatis sehingga jika terjadi komplikasi tidak akan memperburuk kondisi pasien. Perawat juga dapat mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, dengan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien serta melibatkan sumber – sumber yang lain seperti keluarga. Peran perawat dalam melakukan pencegahan (preventif) terhadap sirosis hepatis dengan menjaga pola makan pasien dengan cara memberikan makanan sedikit tapi sering. Berbeda lagi dengan peran perawat kuratif yaitu memberikan pengobatan dan perawat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pengobatan yang lebih maksimal, dan terakhir peran perawat sebagai rehabilitative yaitu proses penyembuhan dengan cara menjaga kesehatan pasien dengan sirosis hepatis.
Berdasarkan fenomena diatas maka sangat pentinglah peranan perawat dalam mensosialisasikan pencegahan sirosis hepatis dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan berupa asuhan keperawatan tentang Sirosis Hepatis.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis Di Irna Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang”.

B.     Rumusan masalah
Bagaiman penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di RSUP. DR. M. Djamil Padang ?

C.    Tujuan studi kasus
1.      Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi biologis, social, budaya dan spiritual pada pasien sirosis hepatis dengan pendekatan proses keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
b.      Mampu mendiagnosa keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
c.       Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
d.      Mampu maelakukan tindakan untuk mengatasi masalah / diagnose keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
e.       Mampu menetapkan evaluasi keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
f.       Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.

D.    Manfaat penulisan
1.      Bagi  penulis
Dengan adanya studi kasus ini penulis mampu mengetahui dan mengerti tentang konsep sirosis hepatis.
2.      Bagi pasien
Dengan adanya studi kasus ini pasien bisa mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
3.      Bagi RSUP. DR. M. Djamil Padang
Sebagai bahan perbandingan antara praktek dan teori keperawtan yang bertugas di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
4.      Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Sebagai bahan masukan dan pengembangan ilmu di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar