BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.
Didalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu
penyimpanan energy, pengaturan metabolism kolesterol dan penetralan racun /
obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga kita dapat bayangkan akibat yang
bisa timbul apabila terjadi kerusakan pada hati kita.
Salah satu penyakit hati adalah Sirosis Hepatis,
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
terbentuknya fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Penyakit
ini mengenai seluruh organ hati ditandai dengan pembentukan jaringan ikat
disertai nodul yang disebabkan infeksi akut dengan virus hepatitis, sehingga
terjadi peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel.
Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan
pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena aorta yang akhirnya
menyebabkan hipertensi portal dan sampai kematian.
Sirosis Hepatis (SH) merupakan dampak tersering dari
perjalanan klinis yang panjang dari semua penyakit hati kronis yang ditandai
dengan kerusakan parenkim hati. Deskripsi suatu “ Sirosis” hati berkonotasi
baik dengan status pola-fisiologis maupun klinis, untuk menetapkan prognosis
pasien dengan penyakit hati. ( Nurdjanah,2014)
Secara klinis perlu dibedakan antara sirosis
kompensata dan dekompensata yang didasarkan pada tingkat hipertensi portal dan
terjadinya komplikasi klinis namun tidak selalu disertai peristiwa biologis
lain yang relevan termasuk perubahan regenerasi dan hilang fungsi hati tertentu
secara progresif. ( Nurdjanah,2014)
Sirosis Hepatis merupakan penyebab kematian
kesepuluh pada usia dewasa dengan infeksi hepatitis B dan C virus sebagai
penyebab dasarnya.
Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan
memiliki progresif, berkepanjangan, tentu saja merusak mengakibatkan penyakit
hati stadium akhir. Penyebab paling umum untuk sirosis di Amerika Serikat
adalah penyakit hati alkoholik dan hepatitis C. Di seluruh dunia, hepatitis B
dan hepatitis D adalah penyebab utama. Tanpa transplatasi hati, sirosis
biasanya berakibat fatal. ( Kelso.2008)
Di negara maju, sirosis hepatis merupakan penyebab
kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun dan merupakan
urutan ketujuh di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahu n2009
sekitar 180 juta umat manusia terinfeksi sirosis hepatis yang meliputi 4 % dari
seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya bertambah 4 – 5 juta
orang.
Di negara barat angka kejadian sirosis hepatis dan
hasil autopsy sekitar 2,6 % (0,9 % - 5,9 %) angka ini sebanding dengan
prevalensi di Indonesia berkisar antara 8 juta jiwa dengan rata – rata 1,7 %
atau diperkirakan lebih dari 8 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis
hepatis. Laporan – laporan dari beberapa pusat pendidikan seperti di RS DR.
Sarjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar antara 819 (4%) dari
pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2013)
dan di Medan dalam kurun waktu 4 tahun
di jumpai pasien dengan sirosis hepatis sebanyak 826 (5%) pasien seluruh
dari pasien di Bagian Penyakit Dalam.
Di bangsal Interne RSUP.DR.M.Djamil Padang, tercatat
jumlah pasien dengan sirosis hepatis ditemukan data sebesar 240 pasien yang
dirawat selama 2012 dan 321 pasien yang dirawat selama tahun 2013 (tidak
dipublikasikan). Pada tahun 2013
tercatat jumlah pasien sirosis hepatis sebanyak 280 orang dan pasien yang
meninggal pada tahun 2013 sebanyak 74 orang.
Dari angka kejadian diatas menunjukkan bahwa
penyakit sirosis hepatis merupakan masalah penting meskipun upaya – upaya
pemberantasan telah dilaksanakan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa factor
penyebab, yaitu kurangnya pengetahuan pasien / keluarga terhadap tanda dan
gejala sirosis hepatis, pola hidup yang kurang sehat serta social budaya
penduduk yang amsih kental terhadap pengobatan penyakit yang akan memperburuk
komplikasi penyakit. Komplikasi yang akan terjadi di antaranya: Sirosis Hepatis
dapat menyebabkan kegagalan yang terjadi pada hati sehingga fungsi hati
terganggu, penurunan berat badan yang drastic, batuk berdarah, BAB berdarah
(melena), bisa juga terjadi pembesaran pada abdomen (asites), kerusakan pada
ginjal, serta hipertensi portal, apabila tidak dapat teratasi akan menyebabkan
kematian, karena itu perlu dilaksanakan suatu tindakan dengan cara memberikan
asuhan keperawatan pada pasien / keluarga yang mempunyai masalah penyakit
Sirosis Hepatis. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan pasien oleh
karena itu peran dab fungsi keluarga sangatlah penting dalam membentuk
kehidupan yang sehat sebagai sentral pelayanan keperawatan (Ali : 2004).
Melalui asuhan keperawatan pada penyakit sirosis
hepatis perawat memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai pemberi
asuhan diantaranya, perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan, perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan
klien ecara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dah social. Peawat berperan dalam mengatasi penyakit sirosis hepatis
ini sebagai pemberi informasi kepada pasien / keluarga tentang bagaimana cara
perawatan pasien, tanda dan gejala serta komplikasi yang akan terjadi.
Perawat berperan dalam memberikan penyuluhan kepada
keluarga tentang bagaimana cara merawat pasien, memberikan dukungan psikologis
kepada pasien penderita sirosis hepatis sehingga jika terjadi komplikasi tidak
akan memperburuk kondisi pasien. Perawat juga dapat mendemonstrasikan prosedur
seperti aktivitas perawatan diri, dengan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien serta melibatkan sumber – sumber yang lain
seperti keluarga. Peran perawat dalam melakukan pencegahan (preventif) terhadap
sirosis hepatis dengan menjaga pola makan pasien dengan cara memberikan makanan
sedikit tapi sering. Berbeda lagi dengan peran perawat kuratif yaitu memberikan
pengobatan dan perawat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pengobatan
yang lebih maksimal, dan terakhir peran perawat sebagai rehabilitative yaitu
proses penyembuhan dengan cara menjaga kesehatan pasien dengan sirosis hepatis.
Berdasarkan fenomena diatas maka sangat pentinglah
peranan perawat dalam mensosialisasikan pencegahan sirosis hepatis dengan cara
mengadakan penyuluhan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan berupa
asuhan keperawatan tentang Sirosis Hepatis.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis Di Irna
Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang”.
B.
Rumusan
masalah
Bagaiman penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan sirosis hepatis di RSUP. DR. M. Djamil Padang ?
C.
Tujuan
studi kasus
1. Tujuan
umum
Melaksanakan
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi biologis, social,
budaya dan spiritual pada pasien sirosis hepatis dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan
Khusus
a. Mampu
melaksanakan pengkajian pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP.
DR. M. Djamil Padang.
b. Mampu
mendiagnosa keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam
RSUP. DR. M. Djamil Padang.
c. Mampu
membuat rencana keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit dalam
RSUP. DR. M. Djamil Padang.
d. Mampu
maelakukan tindakan untuk mengatasi masalah / diagnose keperawatan pada pasien
sirosis hepatis di irna penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
e. Mampu
menetapkan evaluasi keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna penyakit
dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
f. Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis di irna
penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
D.
Manfaat
penulisan
1. Bagi
penulis
Dengan adanya studi
kasus ini penulis mampu mengetahui dan mengerti tentang konsep sirosis hepatis.
2. Bagi
pasien
Dengan adanya studi
kasus ini pasien bisa mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
3. Bagi
RSUP. DR. M. Djamil Padang
Sebagai bahan
perbandingan antara praktek dan teori keperawtan yang bertugas di irna penyakit
dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.
4. Bagi
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Sebagai bahan masukan dan
pengembangan ilmu di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar